Tanggamus DNID MEDIALAMPUNG– Hendri Semaka, pria kelahiran 1976 yang berasal dari Pekon Banjar Manis, Kabupaten Tanggamus, merupakan sosok seniman Lampung yang patut mendapat apresiasi lebih. Dikenal dengan nama panggung Bang HENSEM—singkatan dari Hendri Semaka—ia merupakan seniman multitalenta yang telah menghasilkan berbagai karya dalam bidang sastra dan musik, khususnya berbahasa dan bernuansa budaya Lampung. Rabu 9/4/25.
Kecintaannya terhadap seni sastra lokal, terutama Wayak (puisi dalam bahasa Lampung), telah membuahkan banyak karya yang diterbitkan oleh sejumlah penerbit buku. Hendri telah membuktikan eksistensinya sebagai salah satu penyair lokal yang produktif dan berdedikasi terhadap pelestarian budaya daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak hanya dalam bidang sastra, Hendri juga aktif menciptakan lagu-lagu daerah Lampung yang kini banyak digemari oleh masyarakat luas. Beberapa karyanya yang populer antara lain: Sigokh Lekuk Pitu, Mulang Lebakhan, Kakunang, Mulli Lampung, Nimbis, Indai, Mahap, Way Bekhak, Dekhmaga Kehiyonan, serta Karang Putih Bebaya Dilom Huwok. Lagu-lagu tersebut menjadi bentuk nyata kontribusi Hendri dalam memperkaya khazanah musik Lampung.
Selain berkarya dalam ranah musik daerah, Hendri juga merambah dunia musik pop Indonesia bernuansa Melayu. Dua single yang telah dirilis adalah Asa Terbuang dan Tepian Rindu, yang menunjukkan fleksibilitasnya dalam mengeksplorasi berbagai genre musik.
Secara total, lebih dari 30 lagu telah ia ciptakan dan dirilis dalam tiga album berbahasa Lampung. Genre musik yang ia usung pun beragam, mulai dari Dangdut Lampung, Pop Lampung, Remix, hingga Mixdut Lampung. Bahkan, ia berhasil menciptakan genre langka bernama Peting Tunggal, yang kini menjadi warna baru dalam dunia musik tradisional-modern Lampung. Beberapa lagu dalam genre ini antara lain: Busaksi Nyak di Bakha, Way Tulung Cabang Pitu, Ina, dan Janji Tanggal Sehakhi.
Salah satu lagu terbarunya yang cukup menyita perhatian publik adalah Celana Buntak. Lagu bergenre Mixdut ini mengangkat isu kekhawatiran terhadap masuknya budaya luar yang mulai mengikis nilai-nilai adat dan budaya Lampung. Disajikan secara jenaka namun penuh makna, lagu ini viral di media sosial dan kerap diputar di berbagai program radio, seperti Ngandan Puwakhi di Radio Pringsewu FM bersama penyiar kondang Bang Dani (Dani Ramosa), serta dalam acara SARAN (Salam Siaran) yang diproduksi oleh Pitu Siger Manajemen dan dipandu oleh host Bang Khaja (Imron Raja).
Dalam wawancara eksklusif bersama awak media Tanggamus di kediamannya di Bekasi, Jawa Barat, Hendri menyampaikan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam melestarikan budaya sastra dan musik Lampung.
“Saya sangat antusias melestarikan budaya sastra Lampung, terutama Wayak Lappung. Saya ingin karya sastra daerah ini tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat lokal, tetapi juga bisa dikenal luas hingga ke seluruh Nusantara,” ujar Hendri dengan semangat.
Dedikasi Hendri terhadap dunia sastra telah terbukti sejak lama. Pada tahun 2014, salah satu cerpennya berjudul Sesolan dimuat dalam buku pelajaran “Bahasa dan Aksara Lampung” karya Abdullah M.M untuk kelas 6 SD/MI, terbitan Lentera. Cerpen tersebut ditulis dalam dua dialek: nyow dan api.
Sementara pada tahun 2013, tulisannya juga pernah dimuat dalam Majalah Ekonomi Budaya dan Wisata edisi ke-12. Dalam edisi tersebut, ia mengisi kolom budaya dengan esai berjudul Sebambangan Bukan Kawin Lari. Ia juga turut menyumbang dua karya syair lagu (Segata) berjudul Moloh Cakak dan Pekon.
Menutup wawancaranya, Hendri menyampaikan pesan penting untuk generasi muda dan sesama seniman Lampung.
“Saya hanya berharap budaya Lampung bisa dikenal lebih luas, tidak hanya oleh masyarakat Lampung sendiri. Untuk generasi muda, jangan pernah malu melestarikan budaya kita, baik itu budaya Sai Batin maupun Pepadun. Kepada sesama seniman Lampung, mari kita terus berkarya, saling merangkul dan mendukung satu sama lain, sebagaimana pesan para senior dan guru kami, seperti Mamak Hila Hambala, Mamak Edi Pulampas, dan Odo Erwin Nardo, tempat saya selama ini berbagi ilmu dan inspirasi.”
Dengan semangat dan dedikasi seperti yang ditunjukkan Hendri Semaka, harapan untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya Lampung ke tingkat nasional bahkan internasional bukanlah hal yang mustahil.
Penulis : Rachman Amir
Editor : A Rachman
Sumber Berita : Hendri Semaka





























