Mamasa, BeritaQ.com – Masih segar di ingatan kita beberapa tahun lalu daerah Kabupaten Mamasa dilanda konflik horizontal. SARA menjadi isu sentral penyebab utama konflik yang sempat menjadi perhatian pemerintah pusat itu. Akhir – akhir ini, Isu Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) kembali berseliweran di Kabupaten Mamasa.
Lantas apa kata para tokoh masyarakat di Mamasa??
“Kerukunan umat beragama di Mamasa harus terus dijaga, karena apapun agamanya, semua tetap bersaudara,” tegas Ustad Ramli Ketua MUI Kabupaten Mamasa.
Selain itu menggunakan isu SARA untuk kepentingan tertentu jelas sudah tidak kontekstual untuk dilakukan saat ini.
“Kerukunan ummat beragama adalah harga mati di Kabupaten Mamasa,” ungkap Ketua FKUB Kabupaten Mamasa Pdt. Zakaria Sude, S. Th.
Kerukunan antar umat beragama, antar suku dan golongan pernah diuji cobakan lewat gemerlapnya gelaran MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) Sulawesi Barat yang dipusatkan di Mamasa akhir 2016 lalu. Mayoritas pelaksana even besar khusus bagi umat muslim tersebut justru diisi oleh saudara – saudara kita yang bukan muslim.
Maka tak berlebihan jika Mamasa sebagai salah satu daerah yang sukses merawat keberagamaan sekaligus memelihara kebhinekaan masyarakatnya.
(Gid)