Apalagi, jelas dia, NSF bilang bahwa lorong wisata merupakan jawaban dalam mengatasi krisis pangan yang mana mendekatkan sumber makanan ke konsumennya. Sebagai upaya pemberdayaan ekonomi serta peningkatan kualitas lingkungan. Lebih dari pada itu, mampu menciptakan solidaritas yang kuat dan mitigasi sosial.
Wangda Zuo perwakilan dari NSF mengatakan, sistem itu bekerja dalam pemenuhan kebutuhan pangan berkelanjutan Smart City Farming berbasis AI melalui proyek Modernizing Cities via Garden Alleys with Application in Makassar City.
“Dengan Machine Learning dan sistem Artificial Intelligence ini maka sangat memudahkan kontrol pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, baik dari aspek ketersediaan maupun kontrol kualitas,” ujar akademisi Pennsylvania University ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Termasuk, kata dia, atas Sistem Sombere’ and Smart City yang telah terbangun di Makassar, makin memudahkan pengembangan proyek ini. Sebab, sistem AI yang tengah dikembangkannya membutuhkan data secara real time.
Pihaknya telah melakukan penelitian dan survei di Makassar terkait pertanian perkotaan yang telah diterapkan di lorong sejak 2020 lalu.
“Hasil di lapangan menunjukkan antusiasme warga yang besar, utamanya di daerah padat pemukiman untuk terlibat dalam Lorong Garden. Kita melakukan survei dibantu partner dari beberapa universitas di Indonesia,” ucap Wangda Zou.
Sementara itu, Muhammad Rheza, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar menjelaskan, NSF sudah bekerjasama dan membantu program longwis dari sisi ketahanan pangannya, mengondisikan lingkungan yang ramah lingkungan dengan menghasilkan udara yang baik.
Halaman Berita ini : 1 2 3 Baca Halaman Selanjutnya