Bantuan itu seperti menerapkan alat sensor udara yang sudah beroperasi di beberapa lorong di Makassar, seperti lorong di Bara-Baraya KWT Anggrek, Kecamatan Makassar, dan lorong di Kompleks Perumahan Karmila di KWT Dewi Sari, Kecamatan Tamalanrea. Tujuannya untuk mengukur cuaca, tingkat kelembapan, dan indeks panas. Selanjutnya, akan mengukur kadar polusi udara, yakni sulfur dioksida dan karbon monoksida, partikel PM 2,5 dan PM 10.
Rheza mengungkapkan teknologi itu dapat mendukung pencapaian longwis. Lebih jauhnya yakni perihal teknologi terbarukan dengan memanfaatkan energi matahari dan sebagainya.
“Bahkan nanti sampai terkoneksi dengan sisi kesehatan seperti tekanan darah masyarakat, semuanya terkoneksi. Ke situ semua cuma memang bertahap ini dilakukan. Nanti dilihat perkembangannya,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia juga berharap agar semua lorong di Makassar memenuhi standar sesuai yang sudah ditetapkan dalam standar Lorong Wisata “Green Alley”. Salah satunya, memiliki pencahayaan baik agar dapat menyinari tanaman-tanaman yang ada di lorong.