Opini Oleh Tomi Permana (Ketua Umum Pemuda Pangkalpinang Bersuara)
Pangkalpinang,DNID.co.id – Hegemoni oligarki, yang mengacu pada dominasi kekuasaan dan kekayaan oleh sejumlah kecil individu atau kelompok, telah merasuk dalam struktur politik Indonesia. Hal ini tidak hanya mempengaruhi proses politik, seperti hal tersandera nya kader kader terbaik partai ditangan oligarki. tetapi juga memberikan dampak negatif signifikan pada kehidupan masyarakat banyak.
Dengan munculnya fenomena kotak kosong pada Pilkada Serentak 2024, kita menyaksikan sebuah momen penting yang seharusnya menjadi refleksi bagi elit partai politik atas kemunduran demokrasi di negeri ini. Kehadiran gerakan moral yang mendukung kotak kosong sebenarnya bisa dilihat sebagai kesempatan bagi partai politik untuk memperbaiki kesalahan mereka.
Dalam konteks pemilihan umum, seharusnya masyarakat diberikan lebih dari satu pilihan. Jika hanya ada satu pasangan calon, maka istilah yang tepat bukanlah “pemilihan umum,” melainkan “pemaksaan umum.” Ini mencerminkan ketidakberdayaan masyarakat dalam menentukan pilihan mereka.
Hal yang harus diingat, suara rakyat pada pemilihan legislatif 14 februari 2024 lalu bukanlah suara yang merepresentasikan kepada para anggota legislatif terpilih untuk sepakat pada pengusungan calon tunggal.
Lalu Siapa yang paling diuntungkan jika kotak kosong menang dan diadakan pilkada ulang? Tentu saja, partai politik itu sendiri, yang akan mengeluarkan rekomendasi baru kesalahan satu paslon baru dan bisa ada kemungkinan salah satu kader partai terbaik mereka. Selain itu, penyelenggara pemilu, pengawas, serta semua pihak terkait seperti KPPS dan Panwascam akan mendapatkan kesempatan kerja tambahan dengan honor mereka yang juga bertambah.
Halaman Berita ini : 1 2 3 4 Baca Halaman Selanjutnya
Penulis : Tomi Permana