Makassar, DNID.co.id – Belum lama ini, tepatnya sejak pertama kali diketahui masyarakat luas, Jum’at (13/12/2024), UIN Alauddin Makassar diterpa isu tidak sedap. Oknum dosen yang kemudian diketahui menjabat sebagai Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Ibrahim, menjadi otak dalam sindikat uang palsu yang beroperasi di Gedung perpustakaan UIN Alauddin Makassar.
Selain itu, seorang staf honorer juga turut terlibat dalam kasus uang palsu.
Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, mendukung penuh pihak kepolisian untuk mengungkap kasus produksi dan peredaran uang palsu.

“itu bukti nyata dukungan kami terhadap polisi untuk mengungkap kasus ini sampai keakar-akarnya,” ujarnya pada Konferensi Pers, Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan terungkapnya kasus peredaran uang palsu di lingkungan UIN Alauddin Makassar, sontak saja kasus ini menuai banyak respon negatif dari masyarakat luas, tak terkecuali masyarakat sekitar Kampus II UIN Alauddin Makassar.
Terlebih produksi uang palsu tersebut melibatkan seseorang yang mengemban jabatan akademik dan diproduksi di dalam kampus yang digadang-gadang sebagai kampus Islam terbesar di Indonesia Timur.
Mawar (bukan nama sebenarnya), seorang wanita asal Kelurahan Samata, bertempat tinggal kurang lebih sekitar 5 menit dari kampus II UIN Alauddin Makassar, mengaku tak menyangka bahwa produksi uang palsu bisa terjadi di dalam kampus.
“Tidak nyangka pasti iya. Secara rektornya juga dikenal tegas, masa iya ada percetakan uang palsunya,”ujarnya melalui pesan whatsapp, Senin (23/12/2024).
Perempuan usia 24 tahun ini bahkan merasa malu sebab kampus yang menjadi tempat diproduksinya uang palsu berada di Kelurahan Samata, tempat dimana ia lahir dan dibesarkan.
Untuk diketahui, Kampus II UIN Alauddin Makassar berada di Kelurahan Samata, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa.
Komentar negatif tak hanya datang dari masyarakat Kelurahan Samata. Cawang, seorang perempuan paruh bayah, asal Kelurahan Romang Polong (sebelah selatan Kelurahan Samata), dibuat heran dengan produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar.
“Jangan-jangan uang palsu ini kupegang,” katanya dengan menggunakan bahasa Makassar sembari memperlihatkan uang pecahan Rp50 miliknya, Minggu (22/12/2024).
Sementara itu, Prof Hamdan Juhannis selaku Rektor UIN Alauddin Makassar merasa malu atas perbuatan yang dilakukan oleh anak buahnya tersebut.
“Saya marah, malu, dan merasa tertampar. Setengah mati kami membangun kampus dan reputasi, namun sekejap dihancurkan,” tegas Guru Besar Sosiologi, Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).
Prof Hamdan Juhannis menegaskan bahwa pihak kampus langsung mengambil langkah pemecatan dengan tidak hormat terhadap kedua pegawai yang terlibat.
Dari keterangan yang di sampaikan oleh Kapolres Gowa, AKBP RTS Simanjuntak, produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar murni pendanaan pribadi pelaku, tidak ada sangkut pautnya dengan kampus UIN Alauddin Makassar.
“Murni pendanaannya secara pribadi,” ujarnya, Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024)
Meski Rektor UIN Alauddin Makassar telah menyatakan kegeramannya terhadap anak buahnya yang terlibat dan menyatakan bahwa kasus produksi uang palsu murni tindakan oknum, tak membuat masyarakat sekitar kampus percaya begitu saja.
Salah satu sumber kecurigaan masyarakat sekitar kampus karena mesin produksi uang palsu yang digunakan berukuran sangat besar. Bahkan menurut Kapolres Gowa, 25 orang personel kepolisian pun tak mampu mengangkatnya.

Kecurigaan datang dari Bombong, seorang pria yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Paccinongan (sebelah barat Kelurahan Samata). Saat ditemui di tempat tukang jahit baju, ia mengatakan bahwa tidak masuk akal jika Rektor UIN Alauddin Makkassar tidak mengetahui adanya produksi uang palsu di dalam kampus.
“Mesin besar itu masuk. Banyak terlibat ini pejabat di dalam (kampus). Tidak masuk akal, na rumahmu itu dimasuki,” tuturnya dalam bahasa Makassar, Senin (23/12/2024)
Kecurigaan tak hanya datang dari Bombong. Mawar juga menaruh curiga yang sama dengan Bombong.
“Mustahil sih. Tidak mungkin rektor tidak tahu itu. Masa iya tidak periksa ruangan, terlebih perpustakaan. Juga kan di setiap ruangan ada cctv,,”tutupnya.
Diketahui, pihak kepolisian telah menetapkan sebanyak 17 orang tersangka pembuat dan pengedar uang palsu UIN Alauddin Makassar.
Penulis : Renaldy Pratama
Editor : Redaksi Sulawesi Selatan
Sumber Berita : Redaksi