Berita Harian, DNID.co.id – Aktivitas pedagang di Pasar Tradisional Desa Rumbia, Kec. Rumbia, Kab. Jeneponto, yang menjajankan dagangannya di bahu jalan dikeluhkan oleh sejumlah pengguna jalan karena mengakibatkan kemacetan.
Hanuddin, seorang pengguna jalan berusia lebih 50 tahun, mengeluhkan bahwa kemacetan akibat aktivitas jual beli di bahu jalan sudah berlangsung lama.
“Ini pasar paling parah mi disini. Tidak layak mi ini pasar kalau terus macet begini. Hampir 10 tahun mi ini pasar tambah hari tambah parah”, keluh Hanuddin kepada awak media, Selasa (07/01/2024).
Apa yang dikeluhkan oleh Hanuddin terkonfirmasi melalui pernyataan yang disampaikan oleh Bonto, salah satu pedagang beras yang menggunakan bahu jalan.
Bonto memilih menjajakan dagangan di bahu jalan karena di dalam lapak pasar sepi pembeli. Aktivitas jual beli berlangsung lebih ramai di bahu jalan pasar.
“Seandainya tidak ada (pedagang) di luar, mungkin masuk semua itu pembeli. Tapi ada (pedagang) di luar, jadi tidak masuk pembeli (di dalam pasar),” ujarnya.
Bonto menyadari bahwa ramainya aktivitas jual beli di bahu jalan telah mengakibatkan kemacetan mulai pagi hari hingga menjelang pukul 12.00 Wita.
Sementara itu, Suprianto Dg. Lolo selaku Kepala Desa Rumbia sebenarnya telah memberikan fasilitas berupa pembangunan lapak pasar baru, berlokasi sekitar 2 km dari Pasar Tradisional Rumbia.
Lokasi pasar baru yang disediakan Pemerintah Desa Rumbia terdiri dari 120 lapak dagangan dengan luas pasar sekitar 1 hektar 40 are. Bahkan, ia akan mengratiskan bagi barang siapa yang ingin membuka lapak dagangan.
“Saya bikinkan pasar. Ini pasar gratis untuk pedagang, tidak ada yang membayar,” tegasnya.
Ia berharap agar para pedagang di bahu jalan Pasar Tradisional Rumbia agar mau direlokasi ke pasar baru.
Kepada Pemerintah Kabupaten Jeneponto juga diharapkan mengambil langkah tegas agar kondisi bahu jalan kembali normal dan kemacetan pun dapat teratasi.
Penulis : Renaldy Pratama
Editor : Redaksi Sulawesi Selatan
Sumber Berita : Warga Rumbia Jeneponto