Luwu Raya, DNID.co.id – Terlihat deretan deretan bambu yang sudah rapuh yang digunakan sebagai tiang listrik oleh warga di beberapa desa di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kondisi seperti itu terlihat jelas di Desa Buangin Dusun Rante Bone, Dusun Tarue dan di Desa Mari-Mari Dusun To’ Uddi, Kecamatan Sabbang Selatan, Kabupaten Luwu Utara.

ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi ini makin diperparah dengan sikap Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang seakan tidak peduli dengan instalasi kabel yang membentang sepanjang jalan dan membahayakan keselamatan nyawa warga.
Kepala Desa Buangin Andi Ahmad Zulkifli, Kecamatan Sabbang Selatan dan Kepala Desa Mari-Mari, Mariama, mengatakan bahwa sudah lama kami bermohon ke PLN sampai hari ini tidak ada realisasi. Kami berharap kondisi ini bisa menjadi perhatian PLN karena dapat membahayakan keselamatan masyarakat.
“Ini sangat berbahaya karena sebelumnya sudah banyak bambu yang patah dan menyentuh tanah. Dalam kurun waktu tahun lalu saja sudah tiga kali bergotong royong mengganti bambu sebagai penyangga kabel listrik karena sudah rapuh dan acap kali patah. Jika ini dibiarkan akibatnya bisa fatal kalau kabel terkelupas, karena masyarakat dan pengendara bisa menjadi korban,” sebut ke dua Kepala Desa tersebut, pada awak media ini, Minggu 1 Juni 2025.
Andi Ahmad Zulkiffli dan Mariama kembali menambahkan, kondisi akan semakin berbahaya, jika kabel tersebut telanjang akibat digigit tikus dan disertai atau datangnya panas hujan.
“Panas hujan yang membuat tiang rapuh dan sering kali patah. Kami berharap PLN bisa segera mengambil tindakan untuk jengfanti tiang bambu sebelum kabel tersebut menelan korban jiwa,” harap kedua Kepala Desa tersebut.
Di Desa Buangin mencapai kurang lebih 100 Kepala Keluarga dan di Desa Mari-Mari antara Dusun To’ Burung dan Dusun To Uddi 20 KK.
Kedua Kepala Desa tersebut berharap untuk PLN menindak lanjuti surat/proposal yang sudah kami layangkan beberapa waktu lalu terkait penambahan tiang listrik.
“Masyarakat kita memang untuk tiang listrik mayoritas sudah terpenuhi. Namun ada di beberapa dusun yang masih menggunakan bambu sebagai penyangga pengganti tiang listrik, hal ini sudah kami sampaikan berupa ajuan dalam bentuk surat dan proposal ke pihak terkait, namun belum ada tindak lanjut sampai saat ini,” sebut ke dua Kepala Desa tersebut.
“Kalau kondisi seperti ini masih dibiarkan maka kami khawatir bisa saja bambu tersebut roboh dimakan rayap dan kondisi alam. Kondisi ini dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadiya korsleting listrik lebih dari itu,” tambahnya.
“Kita berharap petugas PLN untuk turun ke lapangan guna mengecek kebutuhan tiang yang sudah tidak layak tersebut. Dan harapannya aspirasi kami selaku ujung tombak di desa bagi masyarakat kami bisa cepat langsung disambut dan diaplikasikan,” harap mereka berdua.
*** Mega/Yustus
Penulis : Megasari/Yustus
Editor : Admin
Sumber Berita : Redaksi Sulsel