Makassar, DNID.co.id – Keuskupan Agung Makassar (KAMS) menggelar acara silaturahmi dan buka puasa bersama lintas agama pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat semangat kebersamaan dan toleransi di tengah masyarakat yang beragam.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pemuka agama dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

Selain itu, organisasi kepemudaan seperti KNPI, Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Gamki, Gemabudhi, Peradah, dan Pakin Konghucu turut serta dalam acara tersebut.
Organisasi Katolik seperti Pemuda Katolik Komisariat Cabang (KOMCAB) Makassar, DPC PMKRI Cabang Makassar, DPD FMKI Sulsel, DPD ISKA Sulsel, DPD WKRI Sulsel, DPD Vox Point Sulsel, Pukat KAMS, dan Komkep KAMS juga hadir sebagai bagian dari komitmen dalam menjaga harmoni sosial.
Sejumlah pejabat turut hadir, termasuk Kabag TU Kemenag Sulsel, Aminuddin, yang mewakili Kakanwil Kemenag Sulsel, perwakilan FKUB Sulsel dan Makassar.
Hadir pula, Kepala Kemenag Maros Muhammad, Anggota DPRD Kota Makassar Wiliam Lauren, serta Wakil Bupati Toraja Utara.
Kehadiran mereka menunjukkan dukungan terhadap inisiatif lintas agama dalam mempererat persaudaraan.
Pastor Albert Arina, Ketua Komisi Kerawam – HAK KAMS, menyampaikan harapannya bahwa acara ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
“Kami berharap kegiatan ini meneguhkan harmoni dan persatuan antarumat beragama guna mewujudkan negara yang lebih damai,” ujarnya.
Aminuddin, perwakilan Kemenag Sulsel, menekankan pentingnya cinta dalam menjaga kerukunan beragama.
“Kita harus mencintai manusia dan alam. Jika umat beragama semakin dekat dengan agamanya, maka ketenteraman dan kenyamanan akan tercipta,” katanya.
Sementara itu, Uskup Keuskupan Agung Makassar, Mgr. Fransiskus Nipa menegaskan komitmen Gereja Katolik dalam menyosialisasikan Deklarasi Istiqlal baik di dalam maupun luar negeri.
“Kasih kepada Tuhan juga berarti kasih kepada alam. Alam adalah saudara manusia yang perlu dijaga,” ungkapnya.
Perwakilan FKUB Sulsel menyoroti pentingnya menjaga martabat manusia dalam kehidupan beragama.
“Manusia adalah gambar Tuhan, bukan sekadar objek kepentingan. Namun, realitanya masih ada kekerasan dan ketidakadilan. Kita harus membangun kehidupan yang damai dan harmonis,” tuturnya.
Acara silaturahmi dan buka puasa lintas agama ini menjadi simbol nyata bahwa keberagaman bukan penghalang untuk hidup berdampingan.
Sebaliknya, perbedaan keyakinan justru menjadi kekuatan dalam membangun persatuan dan keharmonisan sosial.
Lebih dari sekadar pertemuan seremonial, acara ini juga menegaskan peran agama sebagai pedoman etika dan moral dalam kehidupan.
Agama seharusnya menjadi cahaya yang membimbing umat manusia menuju kebaikan, bukan alat untuk menindas atau mengeksploitasi pihak lain.
Para pemuka agama dan pemuda yang hadir dalam kegiatan ini menegaskan bahwa semua pihak harus segera membangun toleransi dan inklusivitas melalui tindakan nyata, bukan hanya sekadar retorika.
Seluruh masyarakat harus terus menanamkan semangat persaudaraan dan kebersamaan agar nilai-nilai toleransi semakin berkembang pesat dan memperkuat persatuan secara nyata.
Sulawesi Selatan harus segera mengambil peran sebagai contoh utama dalam menciptakan kehidupan yang inklusif dan toleran bagi seluruh masyarakat.
Semangat persatuan yang menggema dalam acara ini harus segera menginspirasi daerah lain untuk mengambil langkah konkret demi mewujudkan kehidupan yang lebih damai dan harmonis bagi semua orang.
*** Megasari/Yustus
Penulis : Megasari/Yustus
Editor : Admin
Sumber Berita : Redaksi Sulsel