Bangka Tengah, Dnid.Co.Id — Pantai Sumur Tujuh, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, menjadi titik temu ribuan pecinta Vespa pada Sabtu malam, 22 November 2025. Acara bertajuk Mega Ben itu menghadirkan komunitas Vespa dari Bangka Tengah, Bangka Selatan, Bangka Barat, bahkan dari Belitung dan Palembang, menjadikan pantai bersejarah tersebut berubah menjadi pusat keramaian dengan suasana hangat, eksentrik, dan penuh warna.
Kerumunan mulai tampak sejak sore. Deru knalpot klasik, warna-warna bodi Vespa yang mencolok, hingga atribut unik para rider memenuhi garis pantai yang dikenal karena tujuh sumur peninggalan Jepang pada masa pendudukan. Mega Ben bukan hanya ajang kumpul, tetapi juga ruang ekspresi budaya komunitas roda dua yang kerap melintasi batas geografis dan generasi.

“Kami sengaja memilih Pantai Sumur Tujuh karena tempat ini punya energi yang kuat—sejarahnya panjang, alamnya indah, dan ruangnya luas untuk menampung ribuan peserta,” ujar perwakilan panitia acara, saat ditemui di lokasi. “Selain komunitas lokal, ada juga yang datang dari Belitung dan Palembang. Mereka ingin merasakan atmosfer Pantai Sumur Tujuh sekaligus meramaikan Mega Ben tahun ini.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Acara yang berlangsung pada malam Minggu itu dipadati berbagai kegiatan, mulai dari pertunjukan musik, kontes modifikasi Vespa, hingga sesi touring pendek menyusuri kawasan pesisir Koba. Di tengah keramaian, aroma kopi panas dan jajanan pantai bercampur dengan suara tawa para peserta yang duduk melingkar di tepi pasir.
Panitia menambahkan, kegiatan ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga bentuk silaturahmi lintas komunitas. “Kami ingin menunjukkan bahwa anak Vespa itu kreatif, kompak, dan punya solidaritas tinggi. Mega Ben adalah bukti bahwa komunitas ini terus hidup dan berkembang,” tuturnya.

Sejumlah peserta juga mengungkapkan antusiasme serupa. Dedi, peserta asal Belitung, mengatakan bahwa perjalanan panjang menuju Koba terbayar lunas oleh suasana pantai yang megah dan ramah. “Kami rela menyeberang karena pantai ini punya daya tarik unik. Sumur-sumurnya itu lho, jarang ada di tempat lain. Dan acaranya benar-benar pecah,” ujarnya.
Pantai Sumur Tujuh sendiri telah lama dikenal bukan hanya karena pesonanya, tetapi juga nilai historisnya. Tujuh sumur tua yang konon dibangun tentara Jepang untuk produksi garam menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan. Kini, melalui kegiatan seperti Mega Ben, situs ini kembali memperoleh sorotan publik.
Menurut panitia, jumlah peserta tahun ini meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kepadatan terlihat terutama di area lapangan terbuka dekat bibir pantai, tempat ratusan Vespa diparkir berjajar layaknya pameran terbuka. Banyak pengunjung memanfaatkan momen itu untuk berfoto, sementara pedagang lokal memadati sisi jalan, memanfaatkan momentum ekonomi yang tercipta.
“Kami berharap event ini bisa menjadi agenda tahunan dan berkontribusi bagi pariwisata Bangka Tengah,” kata Herwandi. “Semakin banyak orang datang, semakin besar peluang membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.”
Acara berlangsung hingga tengah malam dengan suasana yang tetap kondusif. Meski ramai, panitia dan aparat setempat menata area dengan baik sehingga tidak terjadi kemacetan maupun gangguan keamanan. Lampu-lampu kendaraan, sorot panggung, dan suara ombak yang menepi seolah menyatu menciptakan atmosfer yang intens dan khas, menjadikan Mega Ben sebagai salah satu perhelatan komunitas paling hidup di penghujung 2025.
Penulis : HERWAN
Editor : REDAKSI BABEL DNID. CO. ID




























