Daily News Indonesia, Sulawesi Selatan – Siapa pun akan risih jika dikerumuni lalat. Entah karena risih dengan wujud, suara maupun karena kekotorannya. Namun bagi masyarakat di Dusun Tana Malia, Kelurahan Padang Iring Kecamatan Rante Tayo Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan, diserbu ribuan lalat harus dilakoni tiap harinya.
Hal itu karena letak pemukiman warga tidak jauh dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Sejak ada TPA Sampah di Tana Malia, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja (Tator) memfungsikan tanah di Kelurahan Padang Iring untuk TPA Sampah.
Setiap harinya, paling sedikit lima truk sampah dikirim ke lokasi tersebut. Sampah datang dari sejumlah tempat, terutama dari Kota Makale sekitarnya.
Padahal di dekat tempat pembuangan akhir sampah tersebut, jauh sebelumnya sudah ada pemukiman warga. Karena lokasinya yang sangat berdekatan maka dampak langsung yang dialami masyarakat sekitar TPA adalah gangguan polusi adara dan hewan-hewan yang suka berada di lokasi sampah, terutama lalat.
Karenanya, ini cukup membahayakan kesehatan.
Seumpama di musim kemarau selain harus menghirup bau tidak sedap dari sampah, warga juga harus menghirup asap dari pembakaran sampah. Sedangkan di musim penghujan, bau busuk sampah itu semakin menyengat dan semakin banyak pula lalat yang mengerumuni. Tak ayal lagi, ribuan lalat itu juga ikut masuk pemukiman warga dan masuk rumah-rumah warga.
Tidak jarang para penghuni pemukiman warga dan anak-anak sekolah mengaku merasa mual akibat menghirup bau busuk dan jijik ketika melihat atau dihinggapi lalat.
Halaman Berita ini : 1 2 Baca Halaman Selanjutnya
Penulis : Yustus
Editor : Redaksi Sulawesi Selatan
Sumber Berita : Warga Pemukiman