DNID, SULAWESI SELATAN – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) bersama Anggota DPRD Provinsi Sulsel dan Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Juga Mahasiswa Universitas Mega Rezki menggelar dialog publik membahas seputar Pilkada Serentak 2024, yang dilaksanakan di Baruga Anging Mammiri, Jalan H.I.A Saleh Dg Tompo, Makassar baru-baru ini.
Hal tersebut disampaikan Ketua PMKRI Cabang Makassar Dawita Rama pada media ini, Kamis 20 Juni 2024 via whatsapp bahwa, dialog publik ini mengangkat tema ” Partisipasi Pemuda Menuju Pilkada 2024″ dengan menghadirkan pembicara dari anggota DPRD Provinsi Firmina Tallulembang, Ketua Komisi Kerawam KAMS RD Albert Arina, Pr dan Mahasiswa Universitas Mega Rezki jurusan Pendidikan Sosiologi Theobaldi Hemma.
RD Albert Arina, bagaimana sikap apatis para pemuda-pemudi dalam pilkada tidak kalah permainannya dengan pilpres yang lalu.” Namun Ketua Komisi Kerawam Kams mengungkapkan walaupun pilpres dan pilkada 27 November 2024, memberi beda pandangan terhadap calon bukan berarti itu menjadi hal yang membuat kuta pecah dan itu adalah salahsatu proses demokratisasi,” sebutnya.
Dalam proses Pilkada serentak ini, diharapkan tidak menggunakan isu sara sebagai sumber kekuatan dalam berpolitik, juga agar pelanggaran- pelanggaran yang terjadi saat Pemilu lalu bisa diminimalisir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dan Jika berbicara soal potensi sengketa, maka kita bercermin dari tahapan Pemilu kemarin, dengan melihat banyak gugatan yang masuk di MK, untuk itu perlu ada upaya-upaya pencegahan,” tambahnya.
Pencegahan yang dimaksud adalah dengan melakukan sosialisasi dan pembinaan badan ad hoc.
” Sementara Firmina Tallulembang mengharapkan pemuda, mahasiswa dapat memahami isi dari sosialisasi dan dialog ini, sehingga mahasiswa turut serta mengawasi Pilkada nantinya, sebab adanya partisipasi dari semua pihak dapat menyukseskan Pesta Demokrasi ini,” ungkapnya.
Lanjut anggota DPRD Provinsi yang juga putri Toraja mengatakan bahwa, pemuda peran pemuda dalam berpolitik sanfat penting dalam menyampaikan gagas, ide sebagai agen perubahan dalam kemajuan negara.
Mahasiswa Theobaldi mengatakan bahwa, ada tiga poin dalam cara memahami pemilih yakni, pemilih tradisionil, pemilih cerdas atau rasional. Mahasiswa dan pemuda lainnya berbicara pemilih sangat naik signifikan. Bagaimana pemuda memahami calon pemimpin yang sebenarnya membangun kembali karakter bangsa.
Theobaldi juga mengungkapkan bahwa, kehadiran Polisi pada proses dan pelaksanaan Pilkada untuk memberikan pelindungan atas kerawanan, agar tidak terjadi kegiatan yang melanggar hukum.
Jika berbicara soal Pemilu atau Pilkada, semua pelanggaran harus dibawa ke Gakkumdu, jelas hal itu tertuang dalam UU.
“ Itu semua sudah diatur dalam hukum terpadu Nomor 5 Tahun 2020 soal penegakan hukum terpadu,” jelasnya.
Untuk diketahui bahwa, kita masyarakat Indonesia sangat rendah pendidikan polutik ysng sebenarnya, dan juga peran partai politik sangat minim dalam mengedukasi masyarakat pemilih dan itu sudah tidak sesuai tujuan berpolitik itu sendiri.
Pewarta: Yustus
Editor : Redaksi Sulawesi Selatan




























