BONE, DNID.co.id – Ajang “Kapolres Cup Drag Night” yang digelar di ruas Jalan Jenderal Sudirman, Kota Watampone, Sulawesi Selatan, justru memicu kontroversi di balik gemerlap balapan malam pertama dalam sejarah otomotif Sulsel, Sabtu ( 26/07/2025).
Alih-alih menuai pujian, kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian Hari Bhayangkara ke-79 itu kini menjadi sorotan tajam publik hingga anggota DPRD Bone.
Lintasan balap mengambil jalur utama yang dikenal sebagai akses vital masyarakat yang menghubungkan Pesantren, permukiman BTN, sekolah, pusat perbelanjaan, Kantor BUMN hingga tempat ibadah.
Penutupan jalan malam hari selama dua hari berturut (26–27 Juli) memicu keluhan warga, termasuk keluarga pasien yang kesulitan menuju rumah sakit serta sekolah yang harus meliburkan siswa karena akses terganggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anggota DPRD Bone sekaligus Ketua IMI Kabupaten Bone, Andi Muhammad Salam (Lilo Ak), mengecam keras pemilihan lokasi tanpa melibatkan pihak-pihak terkait, termasuk dirinya sebagai pimpinan organisasi otomotif resmi.
“Kami mendukung kegiatan otomotif sebagai wadah anak muda menyalurkan hobi, tapi tidak begini caranya. Sudirman itu jalur utama. Saya tahunya malah dari warga yang ribut-ribut, bukan dari panitia,” tegas Lilo.
Ketua IMI Kabupaten Bone menyebutkan seharusnya kegiatan sebesar ini dibicarakan secara terbuka dan melibatkan seluruh unsur pemangku kebijakan.
“Ini kan disetujui oleh pemerintah daerah dan institusi lainnya, kecuali BIN (Badan Intelijen Negara). Jadi mereka harus bertanggung jawab atas polemik ini,” ujarnya.
Lilo mengungkapkan bahwa Jalan Jenderal Sudirman merupakan bagian dari jalur Trans Sulawesi, sehingga penggunaannya sebagai lintasan balap mestinya melalui rapat koordinasi dengan tokoh masyarakat, DPRD, aparat penegak hukum (APH), Pemkab Bone, hingga IMI.
“Jangan tunggu ribut dulu baru mediasi. Semua pihak harus dilibatkan sejak awal. Harus ada standar evaluasi sebelum beri izin,” tegasnya.
Lilo juga menyoroti peran Kapolres Bone sebagai pemberi izin utama pelaksanaan balapan di jalur tersebut. Dia meminta ke depan penentuan lokasi event publik tidak hanya mempertimbangkan aspek seremonial, tetapi juga keselamatan, kenyamanan, dan hak warga.
“Kalau digelar di Maloi atau jalur alternatif lain, mungkin tidak jadi masalah. Tapi ini Sudirman, jantung kota,” katanya.
Meskipun dianggap sebagai terobosan dalam dunia drag race Sulawesi Selatan karena digelar di malam hari, ajang ini justru memunculkan resistensi karena pengabaian aspek sosial dan koordinasi lintas sektoral.
“Kreativitas itu penting, tapi jangan abaikan hak publik. Kita bisa maju tanpa mengorbankan kenyamanan masyarakat,” tutup Lilo.
Polemik ini menandai pentingnya sinergi antarlembaga sebelum penyelenggaraan event publik di ruang terbuka. Evaluasi menyeluruh diperlukan agar kegiatan positif tak berubah menjadi kontroversi berkepanjangan.
Penulis : Ricky
Editor : Admin
Sumber Berita : Redaksi Sulsel





























