Mamuju, DNID Sulbar – Pipa Induk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Manakarra yang membentang menyusuri ungai kali Mamuju sepanjang kurang lebih 7 km dari Salu Leang hingga ke So’dok, yang melayani kebutuhan air bersih warga Kota Mamuju sering mengalami kerusakan.
Kerusakan itu sering terjadi pada pipa utama, yaitu adanya retakan atau patah pada sambungan pipa ketika diterjang banjir saat terjadi hujan di bagian hulu dengan intensitas tinggi.
Akibat kerusakan itu layanan pasokan air bersih kepada masyarakat tidak maksimal, terkadang terhenti 2 sampai 3 hari saat pihak PDAM tengah melakukan perbaikan.
Direktur PDAM Muhammad Nur, saat dikonfirmasi di kantornya, Senin (7/11/202) lalu, mengakui bahwa memang sering terjadi kerusakan jika terjadi luapan Sungai.
“Kerawanan kerusakan tersebut dikarenakan pipa yang dipasang oleh pihak pelaksana proyek,” ungkap M Nur.
Lebih rinci, M Nur menjelaskan bahwa melalui Kantor Perwakilan Balai wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu di Mamuju, Pelaksanaan pemanfaatan air Kalukku Karama Provinsi Sulawesi Barat, tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
“Pipa yang terpasang membentang di dalam badan sungai dan kebagian besar mengambang tidak rapat didasar sungai karena banyaknya batu besar yang mengganjal, hal inilah yang menyebabkan las sambungan pipa pecah ketika bergerak akibat tekanan air banjir,” jelasnya.
Dikatakan oleh, M.Nur, pihaknya telah menyampaikan kepada Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, agar dilakukan pergantian pipa menggunakan HDPE pipa jenis dapat bertahan terhadap benturan karena elastis, namun tidak ada respon.
Kepada wartawan media ini, M Nur mengeluhkan sikap pihak Wilayah Sungai yang terkesan tertutup.
Ditanya, apakah pihak balai sungai pernah melakukan perawatan terhadap Proyek itu?
“Menurut saya dengar ada pemeliharaan setiap tahun, namun mereka jalan sendiri tanpa koordinasi kepada kami,” imbuh M.Nur.
Sementara itu, media ini mencoba mendatangi Kantor Perwakilan Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III Palu di Mamuju, untuk mengkonfirmasikan masalah tersebut namun tidak satupun yang bisa ditemui, Satpam yang bertugas ketika ditanya, dengan gaya arogan sambil bertopang dagu menjawab.
“Tidak ada Kepala Perwakilan, begitu juga Kepala seksi lainnya semua sedang tidak ada,” katanya.
Sementara sejumlah awak media yang ada di Sulawesi Barat, membenarkan bahwa memang Balai Sungai, salah satu Kantor Perwakilan Kementerian yang ada di Sulawesi Barat, terkesan paling tertutup terhadap masyarakat.