Selain itu, Dr. Mahmuddin juga menekankan pentingnya penerapan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam penggunaan mesin tersebut. “Penggunaan teknologi apapun harus disertai dengan pemahaman yang baik tentang standar K3. Hal ini untuk memastikan bahwa mesin dapat digunakan dengan aman, mengurangi risiko kecelakaan kerja, dan menjaga kesehatan pengguna dalam jangka panjang,” ungkap Dr. Mahmuddin.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga mencakup sosialisasi mengenai teknologi tepat guna yang dapat memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi produk bernilai tambah seperti cocopeat, yang berguna sebagai pupuk organik.
Ir. Gusnawati, ST., MT., IPP, dosen Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia (UMI), melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah sabut kelapa,
Dalam sosialisasinya, Ir. Gusnawati menjelaskan bahwa limbah sabut kelapa, yang selama ini sering dianggap sebagai bahan buangan, sebenarnya memiliki potensi besar untuk diolah menjadi berbagai produk komersial.
“Sabut kelapa dapat diolah menjadi cocopeat, coco fiber, dan berbagai produk lain yang memiliki nilai jual tinggi. Dengan teknologi yang tepat, limbah ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat,” jelasnya.
Kepala Desa Balleanging, Irfandi Bahri, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif yang dilakukan oleh para akademisi UMI.
“Kami selalu terbuka untuk berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan edukasi. Di Balleanging ini, ada banyak potensi, dan salah satunya adalah kelapa. Sabut kelapa yang melimpah perlu disentuh dengan edukasi dan teknologi agar bisa dimanfaatkan dengan lebih optimal,” ujar Irfandi.
Halaman Berita ini : 1 2 3 Baca Halaman Selanjutnya
Editor : Redaksi Sulawesi selatan
Sumber Berita : Rilis