Jakarta, DNID.co.id – 26 Desember 2024. Laporan World Risk Report 2023 yang dirilis Bündnis Entwicklung Hilft dan IFHV of the Ruhr-University Bochum mengungkapkan, bahwa Indonesia sebagai negara kedua dari 193 negara di dunia yang paling berisiko terkena bencana seperti gempabumi dan tsunami.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, kerawanan ini disebabkan karena Indonesia terletak di antara lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia yang mampu memicu gempabumi dan tsunami. Kejadian gempabumi dan tsunami Aceh pada 2004 silam yang menelan korban jiwa hingga ratusan ribu jiwa menjadi pijakan bagaimana sistem peringatan dini harus dibangun.
“Pasca tsunami Aceh 2004 pemerintah Indonesia membangun sistem peringatan dini tsunami dan diresmikan pada tahun 2008, yang sejak saat itu berperan penting dalam mengurangi risiko tsunami. Namun, beberapa kejadian tsunami seperti tsunami Palu 2018 mengungkap perlunya mengintegrasikan kemajuan teknologi dengan kesiapsiagaan dan ketahanan Masyarakat,” kata Dwikorita, Kamis (26/12).
Lebih lanjut, untuk mengatasi tantangan ini, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Universitas Gajah Mada (UGM) dan pakar terkait telah mengusulkan satu standar yaitu Guidelines for the implementation of a community-based early warning system for tsunamis, ISO 22328-3 dan sudah ditetapkan sebagai standar internasional.
ISO 22328-3 telah diperkenalkan sebagai pedoman komprehensif untuk menerapkan sistem peringatan dini tsunami (TEWS) berbasis masyarakat. Standar ini memberikan kerangka kerja terstruktur yang dapat diterapkan baik bagi masyarakat maupun sektor swasta di daerah rawan tsunami, sehingga mendorong pengembangan TEWS yang dikelola masyarakat secara lokal.
Halaman Berita ini : 1 2 Baca Halaman Selanjutnya
Editor : Abdi M Said
Sumber Berita : Redaksi