Gowa, DNID.co.id- Pengurus Komisi Kominfo Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel, Ustadz Asnawin Aminuddin, mengisi ceramah pada Pengajian Terpadu Muhammadiyah Cabang Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, 19 Mei 2025.
Pengajian Terpadu dihadiri Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tombolo Pao Abdul Malik, Kepada Desa Tabbinjai Zubair, ketua dan pengurus Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Hizbul Wathan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Juga hadir pimpinan ranting Muhammadiyah se-Kecamatang Tombolo Pao, termasuk Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tabbinjai, Nasrun, dan seratusan jamaah.
Ustadz Asnawin Aminuddin mengawali ceramahnya dengan mengemukakan keutamaan bermajelis ilmu seperti pengajian terpadu yang secara rutin diadakan Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Tombolo Pao sekali dalam sebulan.
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang hati. Para sahabat bertanya, ya Rasul, apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab, halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir. Jadi kita sekarang ini sedang berada di taman surga. Insya Allah,” kata Asnawin.
Selanjutnya ia mengutip hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; “Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”
Ustadz Asnawin kemudian menceritakan kisah salah satu sahabat Rasulullah yakni Khalid bin Walid bin Mughirah Al-Makzumi.
“Khalid bin Walid bin Mughirah oleh Rasulullah dijuluki sebagai Saifullah, Pedang Allah. Gelar Saifullah atau Pedang Allah ini diberikan langsung oleh Rasulullah SAW, ketika Khalid bin Walid tampil sebagai panglima perang pada Perang Mu’tah,” kata Asnawin.
Khalid bin Walid adalah putra dari Walid bin Mughirah. Walid bin Mughirah adalah salah satu orang terkaya di Mekah. Walid bin Mughirah dan Abu Jahal berasal dari Bani Makhzum, sedangkan Rasulullah Muhammad SAW berasal dari Bani Hasyim.
Ustadz Asnawin mengatakan, Khalid bin Walid awalnya sangat memusuhi Rasulullah. Dan bersama ayahnya Walid bin Mughirah beserta Abu Jahal dan orang-orang kafir Quraisy pada umumnya, Khalid bin Walid sangat bernafsu ingin membunuh Rasulullah.
“Pada Perang Uhud, pasukan kafir Quraisy berhasil memenangkan perang di bawah pimpinan Khalid bin Walid, tetapi setelah masuk Islam, Khalid bin Walid berbalik menjadi pimpinan pasukan muslim dalam beberapa peperangan melawan kaum kafir,” tutur Asnawin yang juga pengurus Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel.
Pada Perang Mu’tah, Rasulullah menunjuk tiga orang sebagai panglima perang. Rasulullah mengatakan, panglima perang adalah Zaid bin Haritsah. Jika Zaid bin Haritsah gugur, maka panglima perang diberikan kepada Ja’far bin Abi Thalib. Jika Ja’far bin Abi Thalib gugur, maka panglima perang diberikan kepada Abdullah bin Rawahah.
Rasulullah hanya menyebutkan tiga nama. Rasulullah tidak menyebut nama Khalid bin Walid. Dan ketika perang berlangsung, Zaid bin Haritsah gugur. Ia kemudian digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib dan Ja’far juga akhirnya gugur. Maka panglima perang diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah, tetapi Abdullah bin Rawahah juga gugur.
Tiga nama yang disebutkan Rasulullah gugur, dan Rasulullah tidak menyebutkan siapa nama keempat jika Abdullah bin Rawahah gugur, tetapi para anggota pasukan Perang Mu’tah kemudian sepakat mengangkat Khalid bin Walid sebagai panglima perang.
“Saat itulah Rasulullah pertama kali menyebut Khalid bin Walid sebagai Pedang Allah. Rasulullah mengatakan, pimpinan pasukan sekarang dipegang oleh Saifullah, Pedang Allah. Rasulullah menjuluki Khalid bin Walid sebagai Perang Allah. Dan di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid, pasukan muslim dapat menyiasati peperangan melawan bangsa Romawi yang berjumlah kurang lebih 200 ribu, sedangkan pasukan muslim hanya sekitar 3.000 orang, yang akhirnya pasukan muslim mundur tanpa mengalami kekalahan,” tutur Asnawin.
Editor : Admin
Sumber Berita : MUI Sulsel