Breaking News

Radio Player

Loading...

Seremoni di Tengah Krisis, Kunker Menteri Pertanian Tak Diikuti Aksi Nyata Penyuluh

Minggu, 18 Mei 2025

URL berhasil dicopy

URL berhasil dicopy

BONE, DNID.co.id – Kunjungan kerja Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, bersama Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, di Kabupaten Bone pada Jumat (16/05/2025) lalu dalam rangka panen jagung dan pemberian bantuan, menyisakan pekerjaan rumah yang jauh lebih mendesak: lemahnya edukasi, pengawasan, dan perlindungan terhadap petani di lapangan.

 

Penerapan Keputusan Kepala Bapanas No. 14 Tahun 2025, yang menghapus syarat kadar air dan kadar hampa pada gabah kering panen (GKP), memicu tren panen dini di berbagai daerah, termasuk Bone. Banyak petani tergiur dengan jaminan harga Rp6.500/kg, dan memilih memanen lebih awal meski kualitas gabah belum maksimal. Bulir padi dipotong bahkan sebelum terisi sempurna, hanya demi memastikan gabah mereka terserap pasar.

ads

 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, di sejumlah kecamatan, informasi tentang program penyerapan Bulog justru tidak sampai ke petani. Absennya penyuluh pertanian saat masa panen membuat petani menjual gabah ke pedagang lokal dengan harga jauh di bawah HPP, yakni hanya Rp4.800–5.000/kg. Ketidaktahuan dan minimnya pendampingan menjadikan petani sasaran empuk permainan harga.

 

Nasib serupa dialami petani jagung di Kecamatan Tonra. Mereka mengaku terpaksa menjual hasil panen ke tengkulak dengan harga Rp3.500/kg, padahal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung ditetapkan sebesar Rp5.500/kg.

 

“Sebenarnya kami tahu harganya tidak sesuai, tapi kami tidak tahu harus jual ke mana. Tengkulak datang langsung dan siap beli, meskipun harganya rendah. Terpaksa kami jual daripada tidak laku,” ungkap seorang petani yang enggan disebutkan namanya.

 

Minimnya akses pasar dan informasi membuat petani terjebak dalam ketergantungan terhadap tengkulak. Masyarakat tani mendesak agar Satgas Pangan, Bupati Bone, serta instansi terkait segera mengambil langkah tegas. Penyuluh diminta aktif turun ke lapangan, dan intervensi pasar dari pemerintah diperlukan untuk mencegah praktik eksploitasi lebih lanjut.

 

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Perum Bulog Cabang Bone, Maysius Patintingan, menyatakan bahwa pihaknya telah mulai menyerap gabah petani, termasuk gabah dalam kondisi hijau, sesuai arahan pemerintah pusat.

 

“Kami mengikuti arahan pemerintah untuk menyerap gabah sebanyak-banyaknya, termasuk gabah yang belum kering sempurna. Ini sebagai bentuk dukungan kepada petani,” ujarnya, Senin (12/05/2025).

 

Namun, Maysius tak menampik adanya tantangan teknis. “Kami sering mendapatkan kecemburuan dari petani yang memiliki gabah kualitas baik, karena harga gabah kualitas kurang baik dan yang bagus itu sama saja. Ini jadi dilema tersendiri,” tambahnya.

 

Sementara itu, akademisi dari Salah satu Perguruan Tinggi di Makassar, Anwar menilai kebijakan penghapusan syarat kadar air dan hampa tanpa diikuti penguatan kelembagaan penyuluhan adalah langkah yang sangat berisiko.

 

“Ketika kualitas tak lagi menjadi indikator, maka orientasi produksi petani ikut berubah: asal panen, asal laku. Ini berbahaya bagi ketahanan pangan jangka panjang. Pemerintah harus sadar bahwa kebijakan teknis seperti ini tidak bisa dilepas begitu saja tanpa edukasi massif dan kontrol ketat di lapangan,” tegasnya. Minggu (18/05/2025).

 

Ia menambahkan, negara tidak boleh membiarkan petani bersandar pada tengkulak. “Pemerintah harus hadir secara aktif—baik dalam bentuk intervensi pasar, pengawasan, maupun pendampingan—agar petani tidak terus-menerus berada di pihak yang dirugikan,” tutup Anwar.

 

Anwar menegaskan bahwa menjaga kestabilan harga gabah membutuhkan sinergi aktif semua pihak terutama penyuluh pertanian, Bulog, dan pemerintah daerah agar petani tidak terus menjadi korban permainan harga pasar.

 

” Penyuluh tidak boleh hanya bekerja administratif. Mereka harus hadir di sawah, karena petani sangat membutuhkan informasi dan akses pasar yang adil,” tegas pejabat Dinas Pertanian Sulsel.

 

Situasi ini memperjelas urgensi kehadiran negara yang tidak hanya seremonial, tetapi fungsional. Tanpa pengawasan yang kuat dan edukasi yang merata, kebijakan pangan justru berisiko menciptakan ketimpangan dan merugikan mereka yang seharusnya paling dilindungi. Yang tak lain para petani.

Simpan Gambar:

Penulis : Ricky

Editor : Admin

Sumber Berita : Redaksi Sulsel

Berita Terkait

Kapolres Kepulauan Seribu Ajak Masyarakat Jaga Kebersihan Lingkungan dan Destinasi Wisata
KPT Desak Kejati Sulsel Evaluasi Penanganan Kasus Pupuk Rp6 Miliar di Jeneponto
Dari Penanaman Bawang hingga Peluncuran GENTING, Wagub Sulsel Kunjungi Enrekang
Gowa Perkuat Agribisnis Dataran Tinggi Lewat FGD Pengembangan Kentang dan Sapi Potong
Gowa Target Jadi Lumbung Pangan Mandiri Sulawesi Selatan
Kadin: Langkah Mentan Amran Tindak Beras Impor Sudah Tepat dan Sesuai Aturan Presiden
Amran Sulaiman Raih ‘Tokoh Transformasi Pertanian Modern’ detikcom Awards 2025
Asta Cita Presiden Terwujud di Tamalanrea: Polsek Tanam Jagung Skala Besar
Berita ini 209 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 26 Desember 2025 - 12:25 WITA

Kapolres Kepulauan Seribu Ajak Masyarakat Jaga Kebersihan Lingkungan dan Destinasi Wisata

Rabu, 24 Desember 2025 - 19:14 WITA

KPT Desak Kejati Sulsel Evaluasi Penanganan Kasus Pupuk Rp6 Miliar di Jeneponto

Rabu, 17 Desember 2025 - 20:37 WITA

Dari Penanaman Bawang hingga Peluncuran GENTING, Wagub Sulsel Kunjungi Enrekang

Sabtu, 29 November 2025 - 21:40 WITA

Gowa Perkuat Agribisnis Dataran Tinggi Lewat FGD Pengembangan Kentang dan Sapi Potong

Jumat, 28 November 2025 - 20:55 WITA

Gowa Target Jadi Lumbung Pangan Mandiri Sulawesi Selatan

Rabu, 26 November 2025 - 18:08 WITA

Kadin: Langkah Mentan Amran Tindak Beras Impor Sudah Tepat dan Sesuai Aturan Presiden

Rabu, 26 November 2025 - 09:28 WITA

Amran Sulaiman Raih ‘Tokoh Transformasi Pertanian Modern’ detikcom Awards 2025

Minggu, 16 November 2025 - 09:54 WITA

Asta Cita Presiden Terwujud di Tamalanrea: Polsek Tanam Jagung Skala Besar

Berita Terbaru

Sosial Politik

Kegiatan di penghujung tahun 2025 , GAS dan PPWI gelar Kampung Peduli 

Minggu, 28 Des 2025 - 17:27 WITA