BONE, DNID.co.id — Warga Desa Batu Putih, Dusun Jangpulu, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone masih harus bersabar menghadapi keterbatasan akses infrastruktur.
Jembatan gantung semi permanen yang menjadi penghubung vital di wilayah ini sudah lebih dari empat tahun rusak parah dan belum mendapatkan penanganan permanen.
Kepala Desa Batu Putih, Muhammad Tahir, mengungkapkan bahwa jembatan tersebut sempat dibangun pada tahun 2022 menggunakan dana APBD. Namun, awal tahun 2024 lalu, jembatan ini kembali rusak akibat terjangan banjir besar.
“Jembatan ini bentangannya 42 meter, dengan tinggi sekitar 11 meter dari dasar sungai. Pernah dibangun semi permanen tahun 2022, tapi awal 2024 diterjang banjir lagi, rusak parah,” ungkap Muhammad Tahir, Kamis (10/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai langkah darurat, pemerintah desa bersama masyarakat akhirnya melakukan swadaya membangun jembatan alternatif agar aktivitas warga tetap bisa berjalan.
Namun jembatan tersebut dinilai sangat rentan dan terancam hanyut bila hujan deras kembali mengguyur wilayah tersebut.
“Kalau hujan turun dengan intensitas tinggi, lalu air sungai naik, jembatan alternatif ini bisa hanyut. Kalau itu terjadi, akses jalan masyarakat otomatis akan kembali terputus total,” ujarnya dengan nada cemas.
Beruntung, pada musim penghujan beberapa waktu lalu Saptu (5/7/2025, Kecamatan Tellu Limpoe khususnya Desa Batu Putih tidak terdampak banjir besar.
Tetapi, Muhammad Tahir mengingatkan bahwa intensitas hujan yang tinggi sewaktu-waktu bisa kembali mengakibatkan banjir dan merusak jembatan.
“Kalau musim hujan datang, potensi banjir tetap ada. Dulu juga seperti itu. Ketika air meluap tinggi, jembatan bisa jebol. Kami khawatir kejadian serupa akan terulang,” jelasnya.
Tak hanya jembatan, akses jalan kabupaten dari ibu kota Kecamatan Tellu Limpoe menuju Desa Batu Putih sepanjang 5 km juga mengalami kerusakan parah. Akibatnya, ongkos angkut barang menjadi sangat mahal.
“Jalan poros sepanjang 5 km rusak parah. Biaya angkut pupuk bisa sampai Rp25 ribu per sak. Sewa mobil pun Rp25 ribu per orang sekali jalan. Ini sangat memberatkan warga kami,” ujarnya.
Muhammad Tahir juga menyebut dirinya rutin mengikuti Musrembang Kecamatan sejak tahun 2009 untuk mengusulkan pembangunan jembatan tersebut. Bahkan tahun ini usulan itu sudah diakomodasi dan masuk dalam Musrembang dengan estimasi anggaran awal.
“Saat pihak PU dan BPBD turun, mereka sudah ukur dari dasar sungai ke lantai jembatan. Tapi kenyataannya kalau banjir, air bisa jauh melampaui lantai jembatan,” terangnya.
Namun harapan warga kembali terhenti saat pemerintah kabupaten menginformasikan bahwa anggaran yang sebelumnya disiapkan tiba-tiba ditarik ke pusat.
“Sudah masuk Musrembang tahun ini, tapi tiba-tiba kami dapat kabar anggarannya ditarik ke pusat. Kami harap pemerintah betul-betul memperhatikan kebutuhan mendesak ini. Ini urat nadi desa kami,” tegasnya.
Desa Batu Putih berjarak sekitar 5 km dari Desa Gaya Baru yang merupakan ibu kota kecamatan, dan 9 km dari Desa Tapong. Kondisi jalan yang berstatus jalan kabupaten ini memperparah isolasi warga, terutama saat musim hujan dan banjir tiba
Penulis : Ricky
Editor : Admin
Sumber Berita : Redaksi Sulsel




























