“Dari dia antar adeknya ke sekolah dipanggil masuk tepat didepan ruangannya kepala desa sama posisi pintu di luar ini kebetulan ini anak ada posisi di pintu,” ujarnya menambahkan.
Irvan mengatakan sebelumnya ibu korban sempat mengeluh karena tak punya uang.
“Di kasih uang ini anak dengan alasan malam datang bapak kepala desa di rumahnya, di chat di telpon tidak aktif menyahut ini mamaknya si korban bagaimana pak desa tidak ada uang,” katanya.
“Timbul dalam hatinya ini pak desa, mudah-mudahan ini anak ada lewat di depan kantor desa. Kebetulan pada waktu itu hari kantor bulan puasa, dikasih uang ini anak Rp100 ribu,” lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa sebelumnya kepala desa sudah sering memberikan uang kepada korban dan keluarganya.
“Sering dikasih memang uang bukan saja anaknya, mamaknya, dan bapaknya sering dikasih uang memang sama kepala desa,” jelasnya.
“Dan sering kesitu memang kepala desa (ke rumahnya) bukan cuman satu kali dikasih uang,” ujarnya menambahkan.
“Iya dikasih uang memang dengan alasan katanya tidak ada uang jadi kepala desa kasih uang di hari kantor,” lanjutnya.
Ia menjelaskan bahwa tuduhan yang dilontarkan korban tidak berdasar.
Apalagi setelah kejadian yang kini dilaporkan itu, sang kepala desa masih sering ke rumah korban.
“Artinya begini kalau memang dilecehkan waktu itu kenapa tidak kasih kembali itu uang dan setelah enam hari baru muncul itu berita,” katanya.
“Padahal setelah itu pak kepala desa masih sering ke rumahnya pascakejadian itu masih sering kesitu, kenapa muncul di enam hari,” jelasnya.
Halaman Berita ini : 1 2 3 4 Baca Halaman Selanjutnya
Editor : Redaksi Sulawesi Selatan