Surabaya – Percepatan Penurunan Stunting, Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) menjadi program unggulan BKKBN sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting. DASHAT merupakan upaya memanfaatkan potensi pangan lokal yang sehat lezat bergizi serta kekinian melalui kegiatan teori dan praktek pengolahan pangan oleh para ahli gizi ahli kuliner lokal. Program ini menjadi program strategis untuk mencegah dan mengatasi stunting melalui ketahanan pangan yang mengangkat kearifan lokal dari 22 Provinsi di Indonesia, Rabu (08/12/21).
Deputi Bidang Latbang BKKBN Pusat, Prof. drh. M. Rizal. M. Damanik, M.Rep.Sc, Ph.D. mengatakan dalam rangka pelaksanaan perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta penyelenggaraan Keluarga Berencana sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
“Penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” jelas Prof. Damanik secara virtual pada acara Lokakarya Pemanfaatan Pangan Lokal Guna Percepatan Penurunan Stunting, di Ruang Lestari Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Selasa (07/12).
Integrasi penduduk, jelas Prof. Damanik, dengan pembangunan memerlukan penguatan kebijakan dalam pembangunan berwawasan kependudukan sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting. BKKBN mendapat amanah sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting. Dimana, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang berada di bawah standar yang ditetapkan.
“BKKBN bekerja sama dengan berbagai pihak telah berupaya melakukan percepatan penurunan stunting,” ungkapnya.
Prof. Damanik menjelaskan kerjasama tersebut melalui berbagai pelatihan pendampingan keluarga dan pendampingan bagi para calon pengantin. Percepatan penurunan stunting adalah kerjasama kolaboratif multisektor yang mencakup intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang dilaksanakan secara konvergen holistik-integratif dan berkualitas.
“Salah satu strategi nasional percepatan penurunan stunting adalah peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan sensitif pada berbagai Kementerian, Lembaga Pemerintah, Daerah, Provinsi, Pemerintah Daerah, Kabupaten, Kota dan Pemerintah Desa melalui pelaksanaan konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan jenis cakupan dan kualitas intervensi gizi,” paparnya.
Prof. Damanik juga menjelaskan pilar keempat yaitu peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu keluarga dan masyarakat melalui menurunnya persentase keluarga beresiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan.
“Untuk peningkatan asupan gizi, ada keluarga penerima manfaat yaitu keluarga dengan ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia dibawah 2 tahun yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur termasuk karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin dan mineral dan atau makanan pendamping ASI,” sebutnya.
Pada kegiatan 100 profesor bicara stunting beberapa waktu yang lalu, sambung Prof. Damanik telah dirumuskan bahwa pentingnya intervensi gizi secara spesifik dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam atau pangan yang berbasiskan kearifan lokal. Secara saintifik dapat mengintervensi secara langsung angka kebutuhan gizi masyarakat khususnya gizi bagi calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan makanan pendamping ASI.
“Dari hasil kegiatan 100 profesor bicara stunting tersebut maka pada lokakarya pembelajaran pemanfaatan pangan lokal Nusantara guna percepatan penurunan stunting di Indonesia melalui DASHAT atau Dapur Sehat,” imbuhnya.
DASHAT, sambung Prof. Damanik adalah upaya memanfaatkan potensi pangan lokal yang sehat, lezat, bergizi serta kekinian melalui kegiatan teori dan praktek pengolahan pangan oleh para ahli gizi, ahli kuliner lokal dan juru masak profesional potensi pangan lokal.
Sementara, di Ruang Lestasi, Kordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukamto mengatakan upaya pencegahan stunting oleh BKKBN telah dilaksanakan dengan beberapa kegiatan antara lain pembentukan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari Bidan, Kader PKK, dan Kader KB di tiap desa.
“TPK ini bertugas melakukan screening, mendampingi calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu-ibu yang memiliki anak balita agar mendapatkan informasi guna pencegahan stunting,” jelasnya.
Target TPK Jawa Timur adalah sebanyak 31.243 TPK sampai dengan bulan Desember 2021 ini sudah dilaksanakan orientasi TPK sebanyak 28.984 TPK atau 92.77 persen. Sedangkan yang masih berjalan pelaksanaan Orientasi adalah Kota Surabaya dan Kabupetan Sumenep.
Kegiatan Lokakarya Pemanfaatan Pangan Lokal Guna Percepatan Penurunan Stunting ini diikuti secara luring dari kader Poktan, Kader Kampung KB, Kader PKK, Remaja dan Masyarakat serta Mitra Kerja BKKBN sebanyak 30 orang. Sedang penyuluh KB dan pengelola kampung KB melalui virtual meeting sebanyak 38 orang. (Er)