Pangkalpinang, Dnid.co.id — Malam gelap, gelombang menggila, dan kabar duka. Itulah potret getir di Laut Gelasa, Bangka Belitung, setelah kapal motor (KM) Osela dilaporkan pecah dihantam badai. Enam awak kapal (ABK) hingga kini masih hilang, menyisakan misteri dan kepanikan.
Memasuki hari keempat operasi SAR, Rabu (21/8/2025), upaya pencarian justru makin masif. Sebanyak 114 personel gabungan diterjunkan, dibagi dalam enam Search and Rescue Unit (SRU) dengan pola pencarian paralel. Enam kapal dan satu helikopter dikerahkan, menyapu laut yang seakan enggan mengembalikan para korban. “Luas area pencarian hari ini mencapai 2.900 mil laut persegi,” tegas Kepala Kantor SAR Pangkalpinang, I Made Oka Astawa.

Dari sembilan orang di kapal, baru tiga ditemukan. Kapten kapal berinisial H berhasil selamat usai terapung di tengah laut menggunakan gabus, hingga tersangkut di bagan nelayan. Satu ABK lain ditemukan tewas, sementara enam rekannya belum jelas nasibnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Musibah bermula pada 14 Agustus 2025, saat KM Osela berangkat dari Pelabuhan Perikanan Tanjung Pandan menuju Karang Mardalena. Keesokan harinya, dini hari pukul 04.00 WIB, badai memporakporandakan lambung kapal. “Kapal pecah lalu tenggelam di utara Pulau Gelasa,” ungkap H dengan suara bergetar.
Kini Laut Gelasa menjadi arena perburuan maut. KN SAR Karna, KN Belut Laut 406, KN SAR 201, Catamaran 501, Kapal C2 XXVII 2302-34, hingga helikopter NBO-105 Polda Babel berpacu melawan waktu. Dari darat, keluarga korban menatap cemas, menggantungkan harapan pada raungan mesin kapal dan sayap helikopter yang berputar di langit mendung.
Setiap detik di lautan adalah pertaruhan: antara hidup, mati, atau mukjizat. Tragedi KM Osela kembali menegaskan satu hal: laut adalah penguasa yang tak kenal belas kasihan.
Penulis : ALE
Editor : REDAKSI DNID CO.ID BABEL
Sumber Berita : HUMAS KANSAR PANGKALPINANG




























