DNID.co.id—JENEPONTO— Aksi tak terpuji kembali mencoreng citra Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Jeneponto. Seorang ASN yang bertugas di Samsat Kabupaten Jeneponto, berinisial Kr LG, diduga terlibat perselisihan di salah satu Tempat Hiburan Malam (karaoke) di Kecamatan Binamu. Insiden ini bermula dari dugaan Kr LG berutang biaya minuman keras (Miras) dan jasa LC (Ladies Companion) yang belum dibayarkan hingga kini.
Sandi, salah satu pekerja di kafe tempat kejadian berlangsung, mengungkapkan bahwa peristiwa itu terjadi pada Oktober lalu.
“Itu malam dia masuk sama temannya di kafe, dia pesan bir 5 botol, 2 LC, dan room (karaoke) 2 jam,” ucap Sandi kepada awak media, Senin (3/11/2025).
Namun, setelah menikmati layanan karaoke dan minuman, Kr LG serta rekannya disebut tidak membayar tagihan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sudah mi minum apa, kutagih mi notanya, tapi nabilang lupa bawa uang, jadi ku okekan-mi,” tambahnya.
Menurut Sandi, jumlah yang belum dibayarkan mencapai hampir satu juta rupiah.
“Kurang 20 ribu na satu juta iye,” terangnya.
Upaya penagihan pun dilakukan, baik melalui pesan WhatsApp maupun dengan mendatangi kantor Kr LG. Namun, Sandi mengaku justru mendapat ancaman.
“Diami orang salah, dia yang mengancam-ngancam Nabilangi ka ‘oee s*ndala, oee t*il*so, orang manako kah, ndak nu kenal ka kah? Dimanako sekarang? Ku datangi ‘ mau na datangi na pukul ka begitu, padahal kutagih baik-baik ji, ndak adaji kata-kata menyinggung,” ujarnya.
Sandi berharap agar sang ASN bertanggung jawab dan segera melunasi utangnya.
“Supaya ada pertanggungjawabanna, uang pribadiku kukasih bayar, saya tutupi sama yang punya kafe pake uang pribadiku,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa ada beberapa saksi yang menyaksikan kejadian malam itu.
“Selain dua LC, ada juga saksi lain yang melihat kejadian,” jelasnya.
Di sisi lain, Kr LG tidak menampik adanya tunggakan pembayaran di tempat karaoke tersebut. Namun, ia memiliki versi berbeda.
“Begini ceritanya, sekitar bulan Oktober, saya itu malam lagi nyanyi-nyanyi didalam bersama teman saya, Kr B. Saya lagi santai-santai di dalam, datang ini oknum Polri inisial JML. Dia sama temannya yang pegawai lapas Jeneponto dengan mengenakan baju biasa. Dia mau ambil paksa ini yang Saya temani, yang LC nya itu. Dia tarik keluar,” ucap Kr LG kepada awak media, Selasa (4/11/2025).
Kr LG mengaku kesal atas sikap JML yang disebut arogan dan tidak profesional.
“Kalau tidak salah dia di Intel. Saya baku kenalji dengan dia. Cuman itu malam tidak tahu kenapa arogansinya keluar. Harusnya dia profesional, apalagi bukanji orang baru ditempat hiburan begitu,” tuturnya.
Lebih lanjut, Kr LG menuding bahwa oknum Polisi tersebut merupakan “beking” tempat karaoke itu.
“Kalau menurut informasi, ia (JML) sebagai pengamanan disana. Pertanyaannya apakah tempat itu resmi dan dia itu resmi ditugaskan disana atau tidak,” ujarnya heran.
Menurutnya, malam itu ia justru ingin mengklarifikasi langsung dengan JML, namun tidak mendapat kesempatan.
“Saya mau minta klarifikasi nya kenapa seperti itu. Kenapa ini seorang oknum datang tidak tahu aturan atau tidak profesional. Tapi dia tidak keluar-keluar dari ruangan sebelah,” tambahnya.
Kr LG kemudian memilih meninggalkan tempat karaoke bersama rekannya.
“Saya bilang di penjaga. Ini karena saya yang diganggu, Saya yang dicarikan masalah kalau begini, suruh mi itu saudara JML selesaikan pembayarannya,” katanya.
Ia juga menuding JML sempat memperlihatkan senjata api saat kejadian.
“Sebenarnya saya tunggu itu malam, andaikan itu oknum bicara baik-baik, tidak ada masalah. Karena pernah beberapa kali minum sama dia. Dia kenal saya, Saya kenal dia. Dan sempat lagi itu malam, entah sengaja dia angkat bajunya atau bagaimana, ada pistol disitu dipinggangnya. Astaga! Saya tahu Senpi karena saya lihat,” ungkapnya sambil tertawa.
Hingga berita ini diterbitkan, oknum polisi berinisial JML, yang disebut-sebut bertugas di unit Intel Polres Jeneponto, belum memberikan tanggapan resmi terkait tudingan dari Kr LG.
Kasus ini pun kini menjadi sorotan masyarakat Jeneponto, karena diduga melibatkan sekitar 4 aparat negara yang seharusnya menjadi panutan, namun justru terlibat saling tuding di tempat hiburan malam.
Penulis : Herman
Editor : Sisi
Sumber Berita : Wawancara Narasumber




























