Toraja Utara, DNID.co.id – Bupati Toraja Utara (Torut) Sulawesi Selatan (Sulsel), Frederik Viktor Palimbong, kembali menegaskan pentingnya penguatan moral serta nilai moderasi beragama bagi generasi muda di tengah derasnya arus informasi digital yang kini sulit dibendung.
Pesan itu ia sampaikan dalam Seminar Sehari Moderasi Agama yang digelar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Toraja Utara di Gedung Art Center Rantepao, Kamis (27/11/2025).
Dalam pandangannya, perkembangan teknologi yang begitu cepat telah menghadirkan situasi baru bagi generasi Z dan generasi Alpha yang kini tumbuh dalam lingkungan penuh paparan digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anak-anak sekolah, kata bupati, rata-rata menghabiskan lebih dari tiga jam per hari dengan gawai. Durasi yang panjang itu membuat mereka rentan menerima informasi yang tidak sesuai atau bahkan menyesatkan apabila tidak didampingi.
Ia menekankan bahwa peran guru, orang tua, dan seluruh tenaga pendidik semakin krusial.
“Kita harus memastikan anak-anak mendapatkan informasi positif. Pendampingan sangat penting agar mereka tidak larut dalam konten yang mengarah pada hoaks, kekerasan, atau intoleransi,” ujarnya di hadapan peserta seminar.
Bupati juga menyoroti bahwa Toraja Utara hingga kini tetap menjadi daerah yang harmonis sejak resmi berdiri pada 21 Juli 2008.
Keamanan dan ketenangan itu, menurutnya, tidak tercipta dengan sendirinya tetapi merupakan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat.
Pemerintah daerah, FKUB, Kemenag, DPRD, para tokoh agama, dan masyarakat umum disebutnya sebagai pilar yang menjaga ruang sosial tetap rukun.
“Kita bisa membangun infrastruktur dan meningkatkan kualitas SDM, tapi semua tidak berarti jika harmoni rapuh. Masyarakat yang damai adalah syarat utama pembangunan,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, bupati kembali mengajak peserta terutama guru dan orang tua untuk aktif menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.
Ia menegaskan bahwa seseorang boleh mendalami agamanya secara sungguh-sungguh, tetapi tidak boleh mengganggu keyakinan pemeluk agama lain. Prinsip berjalan di tengah, kata dia, adalah pondasi untuk menghadapi perbedaan.
“Setiap orang boleh taat secara radikal dalam arti positif, tetapi tidak ekstrem ke kiri atau ke kanan. Moderasi berarti mampu melihat perbedaan sebagai ruang bertemu, bukan bertentangan,” jelasnya.
Lebih jauh, bupati memaparkan berbagai program penguatan moral yang saat ini terus didorong Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.
Di antaranya Gerakan Cinta Alkitab bagi umat Kristen, Gerakan Cinta Al-Quran bagi umat Islam, Gerakan Cinta Anak yang menekankan tanggung jawab orang tua, serta Gerakan Cinta Alam sebagai upaya menjaga lingkungan yang selama ini menjadi identitas Toraja.
Ia juga mengingatkan kembali pentingnya nilai-nilai lokal seperti Tallulolona lolo tau, lolo patuan, dan lolo tananan yang selama ini menjadi nafas kehidupan sosial masyarakat Toraja.
Nilai tersebut menjadi penyangga harmoni sosial dan menguatkan jati diri daerah di tengah perubahan zaman.
Mengakhiri sambutannya, bupati menyampaikan pesan khusus untuk guru dan orang tua agar membekali anak-anak dengan kemampuan menghargai diri sendiri, memahami keberagaman, serta menjaga toleransi dalam lingkungan masyarakat.
Menurutnya, bekal karakter tersebut akan sangat membantu generasi muda ketika mereka kelak menempuh pendidikan tinggi atau merantau, termasuk dalam dunia kerja yang menuntut kolaborasi lintas budaya.
“Jika mereka tumbuh dengan karakter kuat dan sikap menghormati perbedaan, maka ke mana pun mereka pergi, mereka akan menjadi duta Toraja Utara yang membawa perdamaian,” pesannya.
Penulis : Yustus
Editor : Kingzhie





























