Breaking News

Radio Player

Loading...

Menemukan Jangan Menuju Pembangunan PLTN Pertama Indonesia

Jumat, 7 November 2025

URL berhasil dicopy

URL berhasil dicopy

Oleh: Rindiani Aprillia Cauntesa, S.Si. Alumnus FMIPA, Universitas Lampung

Target Indonesia untuk mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial pertamanya pada tahun 2032 kini telah menjadi sebuah amanat strategis nasional. Target ini terkunci dalam dokumen-dokumen fundamental negara, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Rencana eksekusinya pun telah masuk dalam draf RUPTL PLN 2025-2034 [1, 2, 3].

Pertanyaannya kini bukan lagi “jika”, melainkan “bagaimana”. Bagaimana Indonesia, sebagai negara “newcomer” dalam PLTN skala komersial, dapat mengeksekusi proyek berteknologi tinggi dan memenuhi tenggat waktu 2032 yang agresif?

ads

Jawabannya terletak pada “kepingan kunci”: memilih paradigma implementasi yang paling mampu memitigasi risiko kegagalan terbesar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Risiko Implementasi: Musuh Terbesar Proyek 2032

Dalam setiap proyek infrastruktur besar, terutama untuk negara yang baru memulai, musuh terbesarnya bukanlah teknologi itu sendiri, melainkan risiko implementasi. Sebuah studi mengenai evaluasi risiko konstruksi PLTN di Indonesia secara spesifik mengidentifikasi tantangan utama ini. Bagi negara “newcomer” seperti Indonesia, risiko terbesar adalah “durasi konstruksi yang molor dan pembengkakan biaya” (long construction duration and cost overruns) [4]. Analisis tekno-ekonomi terhadap potensi PLTN di Bangka Belitung juga mengonfirmasi bahwa garis waktu konstruksi yang molor (extended construction timelines) adalah salah satu risiko finansial paling kritis [5].

Ini adalah “Risiko Implementasi Konvensional”. Risiko ini melekat pada paradigma konstruksi di tapak (on-site construction), sebuah proses yang sangat kompleks, membutuhkan puluhan ribu langkah, dan rentan terhadap penundaan. Banyak yang berharap Small Modular Reactor (SMR) konvensional (Gen-III+) dapat menjadi solusi. Namun, jika SMR tersebut masih mengandalkan paradigma konstruksi di tapak, ia hanya memindahkan masalah yang sama dalam skala yang lebih kecil. Faktanya, analisis jalur kritis oleh Saputra & Wooyong (2025) menemukan bahwa desain SMR yang mereka kaji (Nuscale) justru memiliki jumlah aktivitas di jalur kritis terbanyak, yang mengindikasikan “higher structural complexity and greater potential risk of delays” (kompleksitas struktural lebih tinggi dan potensi risiko keterlambatan lebih besar). Ini bukan berarti teknologi SMR tersebut buruk. Ini hanya berarti bahwa jika waktu adalah musuh utama kita untuk target 2032, maka paradigma konstruksi di tapak yang padat risiko adalah pertaruhan yang sangat besar.

Kepingan Kunci: Beralih dari Konstruksi ke Manufaktur

Jika risiko terbesarnya adalah “konstruksi di tapak”, maka “kepingan kunci” pemecah puzzle ini adalah sebuah paradigma yang secara fundamental mengurangi pekerjaan konstruksi di tapak. Di sinilah Reaktor Garam Cair (Molten Salt Reactor/MSR) Generasi IV, khususnya yang berbasis Thorium (TMSR), menawarkan sebuah revolusi implementasi [6].

Paradigma MSR, seperti yang diusulkan oleh Thorcon Power, bukanlah konstruksi, melainkan manufaktur.

Perbedaannya sangat jelas:

Implementasi Konvensional:Ribuan komponen dikirim ke tapak (misalnya Pulau Kelasa), lalu dirakit dan dibangun di sana selama 7-10 tahun. Ini adalah proyek konstruksi.
Implementasi Manufaktur (MSR):Reaktor modular utuh diproduksi dan dirakit di lingkungan galangan kapal (shipyard) yang terkontrol, mirip seperti membangun kapal tanker. Unit yang sudah jadi kemudian dikirim ke tapak.

Pekerjaan di tapak (seperti di Pulau Kelasa yang evaluasinya telah rampung) beralih dari “konstruksi reaktor” menjadi “instalasi reaktor”. Paradigma ini secara cerdas memindahkan risiko konstruksi yang kompleks dan lama dari tapak proyek yang terpencil ke galangan kapal yang efisien. Inilah yang membuat target operasi 2032 menjadi realistis.

Melampaui Risiko: Keamanan Inheren sebagai Solusi Akseptasi

Paradigma baru ini tidak hanya memecahkan masalah timeline. Ia juga secara langsung menjawab “PR” besar lainnya yang menghantui PLTN di Indonesia: akseptasi publik.

Hambatan terbesar di lapangan adalah “persepsi risiko”. Ketakutan publik yang historis umumnya berpusat pada kegagalan reaktor konvensional (PWR/BWR) yang beroperasi pada tekanan sangat tinggi (sekitar 150 kali tekanan atmosfer), yang secara teoretis dapat berujung pada ledakan uap dan meltdown (pelelehan inti) seperti yang terjadi di Fukushima Daiici (Gambar 1).

MSR/FHR Generasi IV (seperti TMSR) menjawab ketakutan ini secara fundamental dengan fisika yang berbeda:

Sistem Tekanan Rendah:Reaktor ini beroperasi pada tekanan atmosferik (atau sangat rendah). Ini secara fisika mengeliminasi risiko kecelakaan akibat ledakan uap bertekanan tinggi.
Pendingin Garam Cair:Pendinginnya adalah garam cair, bukan air. Garam ini memiliki titik didih sangat tinggi (di atas 1400°C), sehingga ia tidak akan pernah mendidih dan berubah menjadi uap bertekanan dalam kondisi operasi normal maupun kecelakaan.
Jenis Bahan Bakar: TMSR memiliki dua tipe bahan bakar yakni bahan bakar cair (liquid fuel) yang menggunakan LiF-BeF2-ThF4-UF4 (contoh TMSR-LF China) dan bahan bakar padat (solid fuel) yang menggunakan Pebble Bed(TRISO) (contohnya TMSR-SF China dan TMSR-500 Thorcon). Partikel bahan bakar yang dilapisi dengan bahan keramik khusus (TRISO) dapat menahan produk fisi dengan sangat baik dan mencegah pelepasan radiasi secara signifikan [7].
Sistem Keselamatan Pasif : Sistem ini tetap memiliki drain tank Jika terjadi anomali, sumbat beku (freeze plug) akan meleleh, dan pendingingaram cair yang panas akan mengalir secara pasif ke tangki aman di bawah tanah, mendinginkan reaktor secara alami tanpa perlu listrik atau intervensi manusia.

Kombinasi keamanan ini (tekanan rendah, pendingin stabil, bahan bakar, dan sistem pasif) adalah jawaban fundamental terhadap “persepsi risiko” publik. Ini juga sejalan dengan tuntutan regulasi BAPETEN yang sangat ketat dalam “Peta Jalan Pengawasan PLTN” [8].

Pilihan Paradigma yang Cerdas

Amanat RUPTL PLN 2025-2034 dan UU RPJPN menuntut Indonesia untuk sukses di tahun 2032, sehingga kita harus jujur mengidentifikasi bahwa risiko terbesarnya bukanlah teknologi nuklir itu sendiri, melainkan risiko implementasi konvensional, keterlambatan dan pembengkakan biaya akibat konstruksi di tapak yang rumit. “Kepingan kunci” pemecah puzzle ini adalah memilih paradigma yang cerdas dengan beralih dari paradigma konstruksi ke paradigma manufaktur. Paradigma MSR (Thorcon) yang mengandalkan manufaktur galangan kapal, terbukti layak secara tekno-ekonomi di Indonesia dan memiliki keamanan inheren, menjadikannya jalan paling logis dan realistis untuk memastikan “kepingan kunci” PLTN terpasang tepat waktu pada puzzle energi Indonesia 2032.

Berita Terkait

PLTN dan Masa Depan yang Lebih Terang
Menuju PLTN Pertama Indonesia Pada Tahun 2032
15 Persen Setoran Parkir Mengalir ke Oknum Sekolah, Warga Siap Gelar Aksi Besar Senin!
Energi Nuklir dan Arah Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kegiatan Rutin: BAZNAS Tanggamus Kunjungi Warga Pekon Banjarsari
Warga Banjarsari Geram: Oknum Pihak Sekolah Diduga Kuasai Parkir, SMA Negeri 1 Talangpadang Dikecam!
Memahami Balancing Dplomacy Prabowo Subianto Pada KTT Asean
LSM Jati DPD Lampung Layangkan Surat ke Ketua MKKS SMA Kota Metro, Soroti Dugaan Korupsi Dana BOS 2023-2024
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 7 November 2025 - 14:25 WITA

Menemukan Jangan Menuju Pembangunan PLTN Pertama Indonesia

Jumat, 7 November 2025 - 14:03 WITA

PLTN dan Masa Depan yang Lebih Terang

Jumat, 7 November 2025 - 13:49 WITA

Menuju PLTN Pertama Indonesia Pada Tahun 2032

Jumat, 7 November 2025 - 13:46 WITA

15 Persen Setoran Parkir Mengalir ke Oknum Sekolah, Warga Siap Gelar Aksi Besar Senin!

Rabu, 5 November 2025 - 18:02 WITA

Kegiatan Rutin: BAZNAS Tanggamus Kunjungi Warga Pekon Banjarsari

Selasa, 4 November 2025 - 12:57 WITA

Warga Banjarsari Geram: Oknum Pihak Sekolah Diduga Kuasai Parkir, SMA Negeri 1 Talangpadang Dikecam!

Kamis, 30 Oktober 2025 - 11:56 WITA

Memahami Balancing Dplomacy Prabowo Subianto Pada KTT Asean

Rabu, 29 Oktober 2025 - 12:29 WITA

LSM Jati DPD Lampung Layangkan Surat ke Ketua MKKS SMA Kota Metro, Soroti Dugaan Korupsi Dana BOS 2023-2024

Berita Terbaru

Artikel

Menemukan Jangan Menuju Pembangunan PLTN Pertama Indonesia

Jumat, 7 Nov 2025 - 14:25 WITA

Artikel

PLTN dan Masa Depan yang Lebih Terang

Jumat, 7 Nov 2025 - 14:03 WITA

Artikel

Menuju PLTN Pertama Indonesia Pada Tahun 2032

Jumat, 7 Nov 2025 - 13:49 WITA