Tanggamus DNID MEDIALAMPUNG – Di sebuah rumah sederhana di Dusun Sumber Karya 2, Pekon Sumberejo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, harapan seorang gadis muda bernama Vita Eka Sapitri nyaris padam. Siswi lulusan SMA Negeri 1 Talang Padang tahun 2025 ini telah dinyatakan lolos seleksi jalur prestasi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Namun, keterbatasan ekonomi mengancam kelanjutan pendidikannya.
Vita dan keluarganya menghadapi tantangan besar. Mereka dihadapkan pada kewajiban membayar uang pendaftaran kuliah sebesar Rp2.400.000 dalam waktu dekat—jumlah yang terlampau berat bagi keluarganya. Sang ayah, Zuhi, sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek pangkalan dengan penghasilan tidak menentu. “Kadang cuma dapat Rp10.000 sampai Rp20.000. Kalau sepi, pulang dengan tangan kosong,” ujarnya pelan saat ditemui Rabu (28/5/2025).

ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kondisi ekonomi keluarga ini memang tergolong prasejahtera. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, termasuk makan sehari-hari, mereka sering kali mengandalkan bantuan dari tetangga sekitar. Ibu Vita, Supriati, adalah ibu rumah tangga yang tak memiliki penghasilan tetap, namun tetap setia memberikan semangat kepada putrinya.
Vita sendiri dikenal sebagai sosok pelajar yang tekun, disiplin, dan memiliki prestasi akademik yang baik. Keberhasilannya menembus perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi seharusnya menjadi momentum penting dalam hidupnya. Namun, keterbatasan finansial kini menjadi penghalang yang nyata.
“Saya ingin kuliah agar bisa mengangkat derajat keluarga. Tapi saya takut mimpi itu harus berhenti karena kami tidak punya uang untuk biaya masuk,” ungkap Vita dengan suara lirih dan mata berkaca-kaca.
Dalam situasi ini, keluarga Vita berharap besar kepada pemerintah daerah, khususnya Bupati Tanggamus, untuk memberikan bantuan. Mereka juga membuka pintu harapan dari para dermawan, lembaga sosial, ataupun pihak manapun yang ingin memberikan dukungan.
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kisah Vita mencerminkan kenyataan bahwa akses terhadap pendidikan tinggi di Indonesia masih belum sepenuhnya merata, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga miskin.
Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menjembatani ketimpangan ini, baik melalui program bantuan pendidikan, beasiswa, maupun inisiatif sosial lainnya. Jika tidak segera ada solusi, Vita terancam kehilangan peluang emas untuk mengubah masa depan dirinya dan keluarganya.
Vita hanyalah satu dari banyak pelajar berprestasi yang kesulitan mengakses pendidikan tinggi karena alasan ekonomi. Namun kisahnya bisa menjadi pengingat sekaligus penggerak hati nurani masyarakat luas bahwa mimpi dan masa depan anak-anak bangsa tidak boleh pupus hanya karena kemiskinan.
Semoga tangan-tangan penuh kepedulian bisa hadir dan menjadi jembatan bagi Vita, dan mereka yang bernasib serupa, menuju masa depan yang lebih baik. (MT)
Penulis : MT
Editor : RA
Sumber Berita : VES